Teknologi informasi multimedia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian 5G
5G adalah konektivitas internet seluler generasi kelima yang menjanjikan kecepatan pengunduhan dan pengunggahan data yang jauh lebih cepat, jangkauan yang lebih luas dan koneksi yang lebih stabil. Jaringan ini memanfaatkan spektrum radio dengan lebih baik dan memungkinkan lebih banyak perangkat untuk dapat mengakses internet seluler pada saat yang bersamaan.
Teknologi internet 5G adalah generasi terbaru dari jaringan internet, yang menjanjikan kecepatan unduhan 10 hingga 20 kali lebih cepat daripada kecepatan internet yang tersedia sekarang dan kemungkinan akan diluncurkan pada awal tahun depan di beberapa negara.
2.2 Perkembangan Teknologi 5G
Dalam teknologi telekomunikasi seluler, teknologi 5G bukan merupakan standar yang merevolusi
teknologi generasi sebelumnya. Standar-standar terkait teknologi 5G yang akan muncul nantinya akan
mengubah beberapa regulasi telekomunikasi karena regulasi tersebut akan menjadi obsolete. Upaya untuk
mengantisipasi hal tersebut, ada beberapa hal yang harus dirumuskan untuk mempersiapkan datangnya
standar yang selalu dikaitkan dengan “The Disruptive Standard” (Boccardi et al., 2014).
Beberapa teknologi yang searah dengan teknologi 5G (DMC R&D Centre Samsung, 2015):
A. Massive MIMO
Salah satu teknologi yang digunakan dalam usulan 5G adalah Massive MIMO. MIMO sendiri sudah
dipakai dalam teknologi 4G, dimana dalam tiap stasiun pemancar/penerima menggunakan antena lebih dari
satu. Misal konfigurasi MIMO 2x2 berarti di sisi pemancar dan penerima masing-masing memiliki 2
antena. Pada LTE-A, konfigurasi MIMO paling banyak yakni 8 antena (Björnson, 2014)
B. Beyond 6 GHz (mmWave)
Gelombang milimeter / Millimetre wave (mmWave) atau disebut juga millimetre band merupakan
frekuensi dengan panjang gelombang antara 10 sampai dengan 1 milimeter. Gelombang milimeter
menempati spektrum 30 – 300 Ghz, sehingga dikategorikan sebagai Extremely High Frequency (EHF).
Tingginya frekuensi gelombang milimeter serta karakteristik propagasi yang khusus membuat mereka
berguna untuk berbagai aplikasi termasuk transmisi data dalam jumlah besar pada jaringan komputer,
komunikasi seluler, dan radar. Dimungkinkannya penggunaan kanal bandwidth yang lebih besar: 2GHz 4GHz, 10GHz bahkan 100GHz menyebabkan kecepatan yang setara dengan penggunaan kabel (fiber)
(Rappaport et al., 2013):
C. Advanced Radio Access Networks (RANs): Heterogeneous Networks (HetNets)
HetNet
Mengacu pada penyediaan jaringan seluler melalui kombinasi dari berbagai jenis sel (misalnya
makro, piko atau sel femto) dan teknologi akses yang berbeda (yaitu 2G, 3G, 4G, Wi-fi) (Warren & Dewar,
2014). Dengan mengintegrasikan sejumlah teknologi yang beragam tergantung pada topologi area cakupan,
operator dapat berpotensi memberikan pengalaman pelanggan yang lebih konsisten dibandingkan dengan
apa yang dapat dicapai dengan jaringan homogen.
Evolusi infrastruktur HetNet dalam teknologi 5G:
• Small Cells; dengan menempatkan empat smallcell dalam satu makro, tidak hanya memberikan offload data lebih dari 50 persen, tetapi juga meningkatkan kinerja jaringan makro oleh sebesar 315
persen (Hossain, Rasti, Tabassum, & Abdelnasser, 2014).
• Cloud RAN; C-RAN merupakan arsitektur jaringan seluler baru yang berbasis cloud computing.
• D2D (Device to Device) Communication;
D. Software Define Network (SDN)
Teknologi software define radio (SDR) akan memberikan fleksibilitas, power dan biaya yang efisien.
Berdasarkan The SDR Forum dalam IEEE working group, SDR merupakan kesatuan dari teknologi
hardware dan software dimana sebagian atau semua fungsi operasional radio (termasuk proses physical
layer) diimplementasikan dalam software maupun firmware yang dapat dimodifikasi yang bekerja pada
programmable processing technologies (Ulversoy, Ulversøy, Software, & Sdr, 2010).
Yang perlu diperhatikan dalam SDN adalah value chain yang akan menjamin kesuksesan teknologi ini.
Dalam value chain tersebut perlu adanya dukungan dari pihak lain diluar industri telekomunikasi seperti
lembaga pendidikan, kesehatan, pemerintah dan lain-lain, dukungan organisasi ini yang akan
memungkinkan sebuah jaringan bersifat ubiquitous sehingga end-user dapat menikmati seluruh layanan
tersebut (Wireless Innovation Forum, 2011).
E. . Cognitive Radio Network (CRN)
Radio kognitif pertama kali dikemukakan pada tahun 1999 oleh Mitola. Radio kognitif dapat
meningkatkan utilisasi spektrum dengan cara mencari secara terus menerus frekuensi (spectrum sensing)
yang kosong (tidak terpakai) secara real time. Dalam radio kognitif, hal yang diperhatikan adalah: spectrum
sensing; manajemen spektrum dan handoff; serta alokasi spektrum dan sharing spektrum (B. Wang & Liu,
2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
5G adalah konektivitas internet seluler generasi kelima yang menjanjikan kecepatan pengunduhan dan pengunggahan data yang jauh lebih cepat, jangkauan yang lebih luas dan koneksi yang lebih stabil. Jaringan ini memanfaatkan spektrum radio dengan lebih baik dan memungkinkan lebih banyak perangkat untuk dapat mengakses internet seluler pada saat yang bersamaan dan perkmbangan teknologi 5G terus berlanjut.
Daftar Pustaka
[1] Kajian Awal 5G Indonesia., “Perkembangan Teknologi 5G”https://media.neliti.com/media/publications/41208-ID-kajian-awal-5g-indonesia-5g-indonesia-early-preview.pdf ,2020. Tanggal Akses: 06 Juli 2020.
[2] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190212205848-37-55173/apa-itu-teknologi-5g-sumber-sengketa-trump-vs-huawei. tanggal Akses: 06 juli 2020.
Komentar
Posting Komentar